Penayangan film berjudul Tanda Tanya dengan sutradara Hanung Bramantyo, yang serentak diputar di bioskop mulai Kamis (7/4/2011), telah menabur kecaman. Protes berbagai pihak itu terjadi karena filmnya dinilai mendiskreditkan sosok Banser dan umat Islam. Sutradara muda terbaik itu, saat ini tengah mendapatkan protes di berbagai daerah di tengah launching film barunya.
Kecaman tersebut dilakukan karena dalam film tersebut Hanung memamaprkan peran Soleh sebagai sosok Banser dengan beragam perannya sesuai fakta di masyarakat. Dalam film tersebut, Banser digambarkan sebagai sosok yang mudah cemburu dan dangkal pengetahuannya.
Film yang dibintangi Agus Kuncoro dan Revalina S. Temat itu, diproduksi Dapur Film Production dan Mahaka Entertainment. Film memaparkan kisah Rika, Tan Kat Sun, Menuk, Hendra dan Sholeh yang menghadapi kenyataan masalah rumit, yakni kehidupan beragama yang beragam di Indonesia.
Melalui Film “Tanda Tanya” Hanung mencoba mengajak masyarakat Islam untuk mengenali kembali nilai Islam yang humanis. Selain itu, Hanung juga ingin mengusung tema kehidupan dalam keragaman agama dan budaya. Ia mengaku sedang merasa tertarik dengan film bertema Islam.
Hanung dianggap tidak berkonsultasi kepada tokoh-tokoh Banser sebelum membuat skenario sehingga tidak membuat ketersinggungan. Hanung sutradara top, namun pengetahuannya soal NU, terutama Banser, saya nilai nol besar. Terbukti sosok Banser yang dimunculkan sebagai tokoh sentral dalam filmnya justru mendiskreditkan Banser.
Banyak warga Anshor tidak sepakat dengan isi film Tanda Tanya karya Hanung yang cenderung mendiskreditkan Banser di mata umum. Dalam film itu Banser digambarkan suka mengamuk dan menganggap Banser adalah pekerjaan. Ini, kan, tidak benar. Banser itu pengabdian sebab tidak digaji.
Bahkan Tokoh NU Hasyim Musyadi seperti yang dimuat di media nasional Kompas mengatakan ”Saya yakin masyarakat sudah paham, siapa Hanung sebenarnya, bahkan dalam film Sang Pencerah yang mengusung tokoh Muhammadiyah dia juga berusaha memunculkan orang NU di dalamnya, meski lagi-lagi tidak sesuai kepribadian orang Nahdliyin, itulah Hanung,” katanya
Hanung Bramantyo
Setiawan Hanung Bramantyo adalah seorang sutradara asal Indonesia. Dalam Festival Film Indonesia 2005, ia terpilih sebagai Sutradara Terbaik lewat film arahannya, Brownies (untuk Piala Citra – film layar lebar). Hanung yang terlahir di Yogyakarta, 1 Oktober 1975 itu juga dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik untuk film cerita lepasnya, Sayekti dan Hanafi, namun yang kemudian mendapatkan penghargaan adalah Guntur Soehardjanto.
Pada Festival Film Indonesia 2007 ia kembali terpilih sebagai Sutradara Terbaik melalui film Get Married. Pria berusia 35 tahun itu pernah kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia namun ia tidak menyelesaikannya. Setelah itu ia pindah mempelajari dunia film di Jurusan Film Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta
Sumber:http://mediaanakindonesia.wordpress.com
Kecaman tersebut dilakukan karena dalam film tersebut Hanung memamaprkan peran Soleh sebagai sosok Banser dengan beragam perannya sesuai fakta di masyarakat. Dalam film tersebut, Banser digambarkan sebagai sosok yang mudah cemburu dan dangkal pengetahuannya.
Film yang dibintangi Agus Kuncoro dan Revalina S. Temat itu, diproduksi Dapur Film Production dan Mahaka Entertainment. Film memaparkan kisah Rika, Tan Kat Sun, Menuk, Hendra dan Sholeh yang menghadapi kenyataan masalah rumit, yakni kehidupan beragama yang beragam di Indonesia.
Melalui Film “Tanda Tanya” Hanung mencoba mengajak masyarakat Islam untuk mengenali kembali nilai Islam yang humanis. Selain itu, Hanung juga ingin mengusung tema kehidupan dalam keragaman agama dan budaya. Ia mengaku sedang merasa tertarik dengan film bertema Islam.
Hanung dianggap tidak berkonsultasi kepada tokoh-tokoh Banser sebelum membuat skenario sehingga tidak membuat ketersinggungan. Hanung sutradara top, namun pengetahuannya soal NU, terutama Banser, saya nilai nol besar. Terbukti sosok Banser yang dimunculkan sebagai tokoh sentral dalam filmnya justru mendiskreditkan Banser.
Banyak warga Anshor tidak sepakat dengan isi film Tanda Tanya karya Hanung yang cenderung mendiskreditkan Banser di mata umum. Dalam film itu Banser digambarkan suka mengamuk dan menganggap Banser adalah pekerjaan. Ini, kan, tidak benar. Banser itu pengabdian sebab tidak digaji.
Bahkan Tokoh NU Hasyim Musyadi seperti yang dimuat di media nasional Kompas mengatakan ”Saya yakin masyarakat sudah paham, siapa Hanung sebenarnya, bahkan dalam film Sang Pencerah yang mengusung tokoh Muhammadiyah dia juga berusaha memunculkan orang NU di dalamnya, meski lagi-lagi tidak sesuai kepribadian orang Nahdliyin, itulah Hanung,” katanya
Hanung Bramantyo
Setiawan Hanung Bramantyo adalah seorang sutradara asal Indonesia. Dalam Festival Film Indonesia 2005, ia terpilih sebagai Sutradara Terbaik lewat film arahannya, Brownies (untuk Piala Citra – film layar lebar). Hanung yang terlahir di Yogyakarta, 1 Oktober 1975 itu juga dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik untuk film cerita lepasnya, Sayekti dan Hanafi, namun yang kemudian mendapatkan penghargaan adalah Guntur Soehardjanto.
Pada Festival Film Indonesia 2007 ia kembali terpilih sebagai Sutradara Terbaik melalui film Get Married. Pria berusia 35 tahun itu pernah kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia namun ia tidak menyelesaikannya. Setelah itu ia pindah mempelajari dunia film di Jurusan Film Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta
Sumber:http://mediaanakindonesia.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar