19 Aug'2010, 23.00 WIB



Sudah berapa kali ku bolak-balik lembaran buku yang sedang kubaca, tak ada satu kalimatpun yang dapat kumengerti, aku tahu hatiku tidak sedang disini, pikiran ku melayang sejauh pandangan. Huruf-huruf itu seperti tebaran tanpa makna. Seakananya kumpulan kalimat tanpa makna .
Aku gelisah, tapi anehnya gak tak tahu sedang dilanda apa diri ini, alunan musik dan segelas teh hangat tak mampu lagi menyatukan hati dan pikiranku. Terlalu tergumpal paksa, terlalu kental, terlalu tak berangan. Aku ingin bernyanyi sekaligus aku ingin menangis, benar-benar tak tahu apa yang sedang kuingini saat ini.
Rasa gelisah ini semakin menyiksa ketika hanya kulihat tembok putih itu, biasanya tembok putih itu berbicara padaku. Kadang dia memberikan warna-warna yang kusuka, kadang dia memantul-mantulkan tulisan yang ingin kubaca, kadang dia menampilkan sosok yang kurindu. Tapi kali ini dia berhianat, malam ini dia berhianat, tak satupun warna, tulisan atau sosok disana. Putih, pucat, sepi dan diam. Kemana dia pergi ?. Atau dia pun sedang gelisah seperti yang kurasakan ini.



Sesak, ya sesak, jantungku berteriak meminta udara, tak kugubris, bertahan tekadku. Entah berapa lama ketika akhirnya kuhembuskan nafasku. Kubuka mataku pelan, aku menggeleng. Tak ada lagi yang kuinginkan.
Aku bangun dan berjalan menuju jendela, tak tahu aku waktu yang berputar sekarang, akan malamkah?, tengah malamkah?, aku sudah tak perduli . Kulewati jam angkuh yang terdampar didinding itu. Ia hanya pengingat. Bukan pembatas. Terus ku telusuri sampai akhirnya aku membuka pintu dan yang kulihat hanya gelap. Tapi sekilas aku melihat cahaya dilangit. Bintang itu. Indah …, kecil tapi indah …
Teringat lagu kecil yang tak pernah mungkin ku lupa.
Bintang kecil di langit yang tinggi . Amat banyak menghias angkasa. Aku ingin terbang dan menari . Jauh tinggi ketempat kau berada.
Aku tersenyum, terbang dan menari, andai ku bisa , bisa! , bukankah terbang dan menari itu mudah. Apapun bisa kulakukan dengan pikiran ku. Semudah aku melupakan malam, siang, panas, hujan, kerikil dan bongkahan batu besar itu.



Dingin … kali ini aku dihianati oleh alam. Dingin ini menusuk tulang , aku tak bergeming, ingin lebih ku nikmati rasa ini. Biar saja sekaligus mendinginkan jantung dan hatiku. Biar saja melewati darahku , biar saja membuka semua kelopak poriku.
Aku diam, diam , diam dan diam .
Kulihat cahaya bintang itu meredup, tetapi kulihat lagi ada cahaya yang terang lebih terang dari bintang kecil tadi. huughh … kalau saja aku bisa terbang ke sana...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar